TINJAUAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PENYAKIT MALIGNANT NEOPLASM OF BREAST AND CERVIX UTERI PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Coding merupakan fungsi yang cukup penting dalam jasa pelayanan informasi kesehatan. Data klinis yang terkode dibutuhkan untuk me-retrieve informasi guna kepentingan asuhan pasien, penelitian, peningkatan performansi pelayanan, perencanaan dan manajemen sumber daya, serta untuk mendapatkan reimbursement (pembayaran kembali) yang sesuai bagi jasa pelayanan kesehatan yang diberikan. Pemberian kode Neoplasm atau tumor menurut ICD-10 ditentukan menurut sifat atau keganasannya, yang selanjutnya dibagi lagi menurut daerah anatomis yang terlibat.Berdasarkan studi penelitian sebelumnya yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret pada dokumen rekam medis rawat inap pasien penyakit Malignant Neoplasm of Breast and Malignant Neoplasm of Cervix Uteri ketidakakuratan kode diagnosis Malignant Neoplasm of Breast dan Malignant Neoplasm of Cervix Uteri sebesar 20 % dan keakuratan sebesar 80% . Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode yaitu kelengkapan data rekam medis pada lembar ringkasan masuk dan keluar, keseragaman sebutan diagnosis yang sesuai dengan istilah ICD-10, pengetahuan perawat sebagai coder mengenai ICD- 10, dan Standard Operational Procedure (SOP).
Metode penelitian adalah deskriptif. yaitu mengobservasi keakuratan kode diagnosis sesuai dengan ICD-10. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Sampel penelitian sejumlah 56 dokumen rekam medis. Instrumen penelitian berupa ICD-10, checklist, pedoman observasi dan pedoman wawancara. Pengolahan data dengan editing, kode diagnosis, entry, tabulating, analyzing dan concluding. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini bahwa coding Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) memiliki kategori yang sangat baik sudah sesuai dengan standar operasional, sehingga dikarenakan persentase dari kode keakuratan sebanyak 96,4% dan kode ketidak akuratan sebanyak 3,6%.Penyebab ketidakakuratan kode diagnosis dikarenakan dua faktor yaitu faktor tenaga medis dikarenakan penulisan diagnosis yang sulit untuk dibaca dan kelengkapan dokumen rekam medis dan faktor rekam medis dikarenakan kurangnya pelatihan coder dalam pengodean formular yang menunjang keakuratan kode penyakit.
Sebaiknya petugas coder membaca keseluruhan informasi yang menunjang diagnosis agar kode diagnosis utama dapat akurat.dan sebaiknya perlunya pelatihan atau seminar yang lebih rutin mengenai coding untuk menambah kemampuan dan menjaga keselarasan petugas dalam menjalankan tugasnya di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS).