TINJAUAN KETEPATAN PENGKODEAN DIABETES MELLITUS TYPE 2 DENGAN PENERAPAN KARAKTER KE-4 PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIMO TAHUN 2021

ABSTRAK

FEBRIANI VALENTINA
TINJAUAN KETEPATAN PENGKODEAN DIABETES MELLITUS TYPE 2 DENGAN PENERAPAN KARAKTER KE-4 PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIMO TAHUN 2021

Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa dalam pengkodean diagnosis Diabetes Mellitus Type 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) di Rumah Sakit Umun Daerah (RSUD) Simo masih ditemukan beberapa kode yang tidak tepat, terutama dalam pengkodean karakter ke-4 atau yang biasa disebut dengan kode komplikasinya. Dampak yang timbul apabila terdapat ketidaktepatan dalam pemberian kode diagnosis yaitu kelompok pengkodeannya berbeda serta kesulitan dalam pembuatan laporan indeks penyakit. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase ketepatan pengkodean dalam penerapan karakter ke-4 pada diagnosis Diabetes Mellitus Type 2 pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simo tahun 2021.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospective. Sedangkan pengumpulan data dalam penetian ini dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini adalah dokumen rekam medis rawat inap dengan diagnosis Diabetes Meliitus Type 2 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simo tahun 2021. Sedangkan populasi dalam penelitian ada 170 dokumen rekam medis, dengan teknik pengumpulan total sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 170 dokumen rekam medis Diabetes Mellitus Type 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simo terdapat 139 (81,76%) kode yang tepat dan 31 (18,24%) kode yang tidak tepat. Ketidaktepatan dalam pengkodean tersebut terletak pada kesalahan pengkodean karakter ke-4 atau jenis komplikasinya.
Kesimpulannya ialah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simo memiliki angka ketepatan pengkodean Diabetes Mellitus Type 2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka ketidaktepatan pengkodeannya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar coder ataupun petugas rekam medis dapat lebih teliti dalam pemberian kode terhadap diagnosis agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelompokan pengkodeannya.