Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis Cerebral Infarction pada Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2019

USWATUN KHASANAH
Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis Cerebral Infarction Pada Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2019

Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo merupakan Rumah Sakit tipe B berdasarkan KepMenkes No. 824/MENKES/IX tahun 2009. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo pada rekam medis pasien rawat inap diagnosis Cerebral Infarction tahun 2019 ketidakakuratan kode diagnosis Cerebral Infarction sebesar 40% dan keakuratan kode sebesar 60%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan kode diagnosis cerebral infarction pada rekam medis pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2019.
Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif, pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Populasi penelitian 523 dokumen rekam medis pasien rawat inap diagnosis cerebral infarction dan diperoleh sampel random sampling dengan rumus slovin sebanyak 226 dokumen. Instrumen peneltian berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, ICD-10 dan cheklist. Pengolahan data dengan collecting, editing, coding, tabulasi dan penyajian data. Analisis dilaksanakan secara deskriptif.
Hasil penelitian terhadap keakuratan kode diagnosis Cerebral Infarction pada rekam medis pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2019 adalah persentase keakuratan sebesar sebesar 63% dan persentase ketidakakuratan sebesar 37%. Ketidakakuratan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu salah dalam pemberian kode sebesar 98% dan tidak diberi kode sebesar 2%. Faktor yang mempengaruhi keakuratan dan ketidakakuratan kode diagnosis yaitu tenaga medis dan tenaga rekam medis.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah prosedur pemberian kode di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo sudah sesuai dengan SPO, tingkat ketidakakuratan kode diagnosis cerebral infarction pada rekam medis pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo tahun 2019 masih tinggi yaitu 37%, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemberian kode adalah tenaga medis dan rekam medis. Penulis menyarankan sebaiknya SPO dalam pemberian kode diagnosis dan tindakan dipisah, sebaiknya coder agar lebih teliti dalam membaca keterangan pada lembar-lembar penunjang agar kode yang dihasilkan lebih akurat.