Hubungan Antara Kepadatan Penduduk Dengan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kota Surakarta Tahun 2023

Hubungan Antara Kepadatan Penduduk Dengan penyakit Tuberkulosis Paru di Kota Surakarta Tahun 2023

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular dan juga dianggap sebagai penyakit kronis. Penyakit TB paru disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk batang yaitu Mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan global yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius serta dapat menyebabkan kematian. Pada tahun 2020, diperkirakan 10 juta orang menderita TB di seluruh dunia. Pada tahun 2022 Kementerian Kesehatan bersama seluruh tenaga kesehatan berhasil mendeteksi TB paru sebanyak lebih dari 700 ribu kasus. Daerah Jawa Tengah mencatat bahwa terdapat 69.823 kasus TB paru. Salah satu penyebab tersebarnya penyakit TB paru adalah kepadatan penduduk. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang hubungan antara kepadatan penduduk dengan penyakit tuberkulosis paru.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian menggunakan variabel bebas yaitu kepadatan penduduk per kelurahan di Kota Surakarta dan variabel terikat yaitu jumlah pasien penyakit tuberkulosis paru per kelurahan di Kota Surakarta. Populasi penelitian ini sebanyak 54 kelurahan dan sampel seluruh total kelurahan di Kota Surakarta dengan teknik sampel jenuh. Pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan kepadatan penduduk di Kota Surakarta tahun 2023 terindikasi padat sejumlah 22 kelurahan dan terindikasi tidak padat sejumlah 32 kelurahan. Penyakit tuberkulosis paru di Kota Surakarta tahun 2023 terindikasi tinggi sejumlah 16 kelurahan dan terindikasi rendah sejumlah 38 kelurahan. Perhitungan uji satistik Chi-Square menggunakan SPSS nilai p = 0,132 > 0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidak ada hubungan antara kepadatan penduduk dengan penyakit tuberkulosis paru di Kota Surakarta tahun 2023. Meskipun tidak adanya hubungan yang signifikan secara statistik namun kelurahan yang padat dapat meningkatkan peluang persebaran penyakit tuberkulosis paru 2,473 kali lebih cepat dibandingkan kelurahan yang tidak padat. Sebaiknya Dinas Kesehatan Kota Surakarta perlu tetap melakukan penyuluhan atau edukasi dan promosi kesehatan terkait bahaya dan pencegahan penyakit tuberkulosis paru.