ANALISIS RESPON MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN KEBIRI KIMIA BAGI PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL DI INDONESIA

Kekerasan seksual meliputi berbagai perilaku asusila seperti penghinaan seksual, sentuhan bagian tubuh yang tidak diperbolehkan, penayangan dan pengiriman gambar seksual serta pornografi yang tidak diinginkan, partisipasi paksa dalam aktivitas seksual dan pornografi, pemerkosaan, penyiksaan seksual, pemotongan alat kelamin perempuan , eksploitasi seksual, perbudakan seksual, prostitusi paksa, kehamilan paksa, sterilisasi paksa, aborsi paksa, hingga infeksi penyakit menular seksual yang disengaja seperti AIDS. Kejahatan seksual juga terjadi di dalam keadaan perang utamanya sebagai alat untuk melakukan penindasa kepada sebuah negara. Di Indonesia, UU no 17 tahun 2020 mencantumkan kebiri kimia sebagai salah satu solusi dalam pencegahan kejahatan seksual berulang bagi anak-anak. Kebiri kimia adalah salah satu sanksi yang dikecam masyarakat dunia namun memiliki dampak besar dalam mengurangi tingkat kasus kejahatan seksual. Penelitian ini bertujuan 1) Menganalisis kedudukan kejahatan seksual berdasarkan Hukum, Pidana, HAM dan Humaniter, 2) Mendeskripsikan tata laksana pemberian sanksi Rehabilitasi Kebiri Kimia di Indonesia, 3) Menganalisis hasil respon yang diterima masyarakat terhadap keberadaan hukuman kebiri kimia pada pelaku kejahatan seksual. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris dan sifat penelitian kualitatif, dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner dan data sekunder hasil wawancara yang berasal dari youtube serta dokumen tertulis lain. Hasil dari penelitian ini menunjukan penggunaan kebiri kimia kurang tepat dilaksanakan dari berbagai segi hukum yang ada. Kedua pelaksanaan kebiri kimia kurang tepat dilaksanakan hanya melihat pada satu aspek yang dampaknya memiliki efek samping bagi pelaku kejahatan dari sisi kesehatan dan kemanusiaan. Ketiga respon masyarakat menyetujui kebiri kimia sebagai sebuah cara rehabilitasi bukan mengacu sebagai hukuman.