TINJAUAN LAMA DIRAWAT PARTUS SECTIO CAESAREA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA PASIEN RAWAT INAP di RSUD dr. SOEDIRAN MANGUNG SUMARSO WONOGIRI TAHUN 2024

ABSTRAK

MAHANANI TITIS WIDYA DEWANTI

Tinjauan Lama Dirawat Partus Sectio Caesarea Berdasarkan Karakteristik pada Pasien Rawat Inap di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Tahun 2024

Kelahiran di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama pada pasien SC yang juga terus mengalami peningkatan. Jumlah pasien Sc di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebanyak 188 pasien dan merupakan salah satu rumah sakit rujukan ibu melahirkan dengan diagnosis penyulit. Pasien SC memiliki lama dirawat yang bervatiatif, sehingga perlu melakukan peninjauan lama dirawat berdasarkan karakteristik pasien SC. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lama dirawat pada pasien partus sectio caesarea berdasarkan karakteristik.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif serta menggunakan metode pendekatan retrospektif. Dengan menggunakan sampel keseluruhan populasi sebanyak 188 pasien. Pada penelitian ini terdapat data primer yang berupa hasil observasi dan wawancara dan juga data sekunder yang berupa profil dan struktur organisasi di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada pasien JKN Kelompok usia 20- 35 tahun merupakan kelompok pasien terbanyak dengan rata lama dirawat 4 hari. Pada pasien umum Kelompok usia 20-35 merupakan kelompok pasien terbanyak dengan rata lama dirawat selama 3 hari. Pada pasien JKN lama dirawat berdasarkan diagnosis utama rata-rata 4 hari. Pada pasien umum berdasarkan diagnosis utama durasi raa lama dirawat 3 hari. Pada pasien JKN rata-rata lama dirawat berdasarkan diagnosis sekunder 4 hari. Pada pasien umum diagnosis sekunder rata lama dirawat 3 hari.

Kesimpulan terdapat perbedaan lama dirawat antara pasien JKN dan pasien umum, terutama pada kasus sectio caesarea. Bahwa diagnosis utama dan tingkat keparahan kondisi klinis pasien dapat mempengaruhi durasi perawatan pasien. Komplikasi medis yang lebih kompleks pada diagnosis sekunder menyebabkan perlunya penanganan intensif dan pemulihan yang lebih lama. Sebaiknya agar rumah sakit menyusun perencanaan perawatan yang lebih terstruktur, efisien, dan profesional. Selain itu, perlu dilakukan edukasi kepada pasien terkait tahapan pemulihan pasca operasi.