Hubungan Ketepatan Kode Diagnosis Penyakit Dengan Persetujuan Klaim BPJS Pasien Rawat Inap di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2024

ABSTRAK

RIZKI WAHYU SAFITRI

Hubungan Ketepatan Kode Diagnosis Dengan Persetujuan Klaim BPJS Pasien Rawat Inap di RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2024

Proses pengkodean merupakan kegiatan pemberian kode klasifikasi klinis sesuai International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems. Pengajuan klaim dari rumah sakit ke BPJS Kesehatan melalui tahapan verifikasi kelengkapan berkas administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan, dan verifikasi pelayanan kesehatan. Survei pendahuluan pada 10 sampel dokumen rekam medis rawat inap pasien BPJS tahun 2024 menunjukkan 50 persen ketidaktepatan kode diagnosis, dengan persetujuan klaim mencapai 100 persen. Penelitian ini bertujuan mengkaji ketepatan pengkodean diagnosis dan faktor yang memengaruhi persetujuan klaim.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu analitik, dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 18.683 dokumen rekam medis, dengan jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 100 dokumen rekam medis. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Pengolahan data dengan collecting, editing, coding, clasification, tabulating dan penyajian data. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat, dengan uji statistik fisher exact test menggunakan perhitungan manual dan SPSS versi 27.0.
Hasil analisis persentase ketepatan kode diagnosis tepat sebanyak 27 dokumen (27persen) tidak tepat sebanyak 73 dokumen (73persen) yang diklasifikasikan menjadi 5 yaitu karena terdapat diagnosis sekunder yang tidak di kode, diagnosis utama yang tidak tepat, karakter ke-5 yang tidak dicantumkan, salah kode karakter ke-4 dan diagnosis sekunder yang tidak tepat. Persentase persetujuan klaim disetujui sebanyak 94 dokumen (94persen) dan tidak disetujui sebanyak 6 dokumen (6persen) yang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu karena aspek medis dan aspek administrasi. Data tersebut dianalisis dengan aplikasi SPSS versi 27, sehingga dapat diketahui p sama dengan 0,187. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka plebih besar dari 0,05 sehingga tidak ada hubungan antara ketepatan kode diagnosis dengan persetujuan klaim BPJS.
Kesimpulan tidak ada hubungan antara ketepatan kode diagnosis dengan persetujuan klaim BPJS. Saran untuk Rumah sakit dapat memperkuat koordinasi antara dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dengan petugas koding untuk memastikan diagnosis yang ditegakkan sudah memiliki bukti pemeriksaan penunjang yang memadai sehingga mendukung keakuratan klaim BPJS. Disarankan pula untuk melakukan pembaruan sistem informasi rekam medis (E-RM) dan SIMRS agar mendukung pengisian karakter ke 5 kode diagnosis secara lengkap sesuai pedoman ICD-10.