Evaluasi Rekam Medis Elektronik dengan Pendekatan Technology Acceptance Model di Puskesmas Setabelan Kota Surakarta

ABSTRAK
ALIFFIAH NITA BUDI SUSANTI
Evaluasi Penerapan Rekam Medis Elektronik Dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) Di Puskesmas Setabelan Kota Surakarta Tahun 2025
Puskesmas Setabelan Kota Surakarta menghadapi kendala dalam implementasi Rekam Medis Elektronik (RME) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 24 Tahun 2022. Sejak Agustus 2024, sistem RME kembali diubah menjadi sistem hybrid karena ketidakkonsistenan penggunaan serta instruksi Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang mewajibkan penyimpanan dokumen rekam medis fisik. Selain itu, fitur aplikasi SIMPUS belum sepenuhnya mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama pelayanan ibu hamil dan keluarga berencana (KB). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerimaan pengguna terhadap implementasi RME dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Evaluasi ini diperlukan guna mengetahui persepsi kemanfaatan dan kemudahan sistem serta dampaknya terhadap minat dan perilaku penggunaan sistem oleh tenaga kesehatan.
Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner kepada petugas kesehatan pengguna RME. Analisis data dilakukan untuk menilai hubungan antar variabel dalam model TAM serta kendala implementasi di lapangan.
Hasil menunjukkan bahwa mayoritas pengguna menerima penerapan RME secara positif. Persepsi kemanfaatan dan kemudahan berpengaruh terhadap minat perilaku yang mendorong penggunaan aktual sistem. Kendala teknis seperti gangguan server dan keterbatasan infrastruktur masih menjadi hambatan. Oleh karena itu, peningkatan sarana dan prasarana serta pengembangan sistem yang sesuai dengan kebutuhan layanan, khususnya KIA, sangat diperlukan untuk mendukung optimalisasi sistem informasi kesehatan di layanan primer.
Kesimpulan Puskesmas Setabelan mengalami kendala dalam penerapan Rekam Medis Elektronik (RME), terutama karena masih diwajibkannya penyimpanan dokumen fisik dan keterbatasan fitur aplikasi SIMPUS dalam mendukung layanan ibu dan anak. Meski begitu, sebagian besar tenaga kesehatan menyambut baik penggunaan RME karena dianggap bermanfaat dan mudah digunakan. Kendala teknis seperti gangguan server dan infrastruktur yang belum memadai masih menjadi hambatan. Saran diperlukan peningkatan sarana dan prasarana, serta pengembangan sistem RME yang lebih sesuai dengan kebutuhan layanan, khususnya untuk kesehatan ibu dan anak. Pelatihan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan juga penting agar pemanfaatan sistem dapat berjalan optimal.
Kata kunci : evaluasi, rekam medis elektronik, Technology Acceptance Model,
Puskesmas.
Kepustakaan : 2016-2024