Perbandingan Keakuratan Kode Diagnosis Chronic Kidney Disease Berdasarkan ICD-10 Antara Rekam Medis Elektronik dan Rekam Medis Manual di RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit kronis dengan prevalensi tinggi di Indonesia, dan termasuk dalam 10 besar penyakit di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Ketepatan pengkodean diagnosis CKD berdasarkan ICD-10 penting untuk mendukung proses klaim pembiayaan, penyediaan data epidemiologis, dan mutu informasi kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat perbandingan keakuratan kode diagnosis chronic kidney disease berdasarkan ICD-10 antara rekam medis elektronik dan rekam medis manual di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif komparatif dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian ini adalah 84 rekam medis dengan kasus chronic kidney disease yang ada pada kedua sistem yaitu rekam medis elektronik dan rekam medis manual, dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji McNemar untuk menguji perbedaan keakuratan pengkodean diagnosis.
Hasil penelitian ini adalah proses pengkodean diagnosis di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri telah mengacu pada SOP nomor 021/02/056 sejak 2 April 2022 yang diterapkan pada kedua sistem. Persentase keakuratan dari masing-masing sistem mendapatkan hasil pada rekam medis manual dengan diagnosis chronic kidney disease didapatkan 59 dokumen akurat dengan persentase keakuratan 70,24persen, dan 25 dokumen tidak akurat dengan persentase 29,76persen. Sedangkan pada rekam medis elektronik didapatkan hasil 60 rekam medis elektronik akurat dengan persentase keakuratan 71,43persen, dan 24 rekam medis elektronik tidak akurat dengan persentase 28,57persen. Berdasarkan uji McNemar diperoleh nilai p-value = 1.000 lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan secara statistik pada keakuratan kode diagnosis chronic kidney disease antara rekam medis elektronik dengan rekam medis manual.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa persentase keakuratan diagnosis CKD belum optimal pada kedua sistem, serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara rekam medis elektronik dengan rekam medis manual. Penelitian ini merekomendasikan pelaksanaan audit koding secara berkala mekanisme kesepahaman dengan BPJS, pelaksanaan pengkodingan ulang secara berkala, serta peningkatan ketelitian dan evaluasi mandiri petugas koding untuk mendukung keakuratan kode diagnosis.